Search
Close this search box.

INGAT ORANG TUA SAAT KEPEPET SKRIPSI

Bagikan :

Oleh :
Dr. AJI DAMANURI, M.E.I.
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo

Setiap tahun ada saja mahasiswa bimbingan skripsi saya yang menunjukkan tampang melas, bahkan juga terjadi pada mahasiswa yang ketika kuliah tampak keren dan aktif. Senjata utama mereka adalah, “pak, gimana nasib saya? Kasihan orang tua saya kalau harus nambah satu semester lagi, mohon acc ya pak”, kalimat yang hampir saya hafalkan. Masalahnya mereka menghadap dan memasang muka melas itu di hari akhir batas pendaftaran ujian skripsi.

Padahal baru satu hari sebelumnya mengirim file skripsinya. “Trus apa masalahmu? Tanya saya. “hari ini hari akhir pak”. “Dari mana kamu tau kalau hari ini kiamat? Besuk masih ada hari, semester depan, tahun depan”. “Pendaftaran skripsi pak”, jawabnya. Biasanya saya jawab, “trus kamu kemana saja satu semester ini, kok baru sekarang ingat orang tua, kasihan orang tua? Kok teganya kamu memanfaatkan orang tuamu untuk menekan dosen atas kemalasanmu”. Hanya tetesan airmata sebagai jawabannya. Saya tidak tau mereka itu hanya memainkan sandiwara atau menunjukkan kenyataan. Namun rengekan injury time itu terasa klise dan hambar.

Meski hati meronta namun standar obyektif rasional tetap saya lakukan. “Saya tidak tau kapan jadwal ujian berakhir, ada empat gelombang ujian skripsi dalam satu semester dan kamu memilih merengek di batas akhir gelombang empat, silahkan selesaikan dan edit kembali catatan revisi yang saya sampaikan, kapan saja ketika sudah sesuai standart buku pedoman skripsi saya acc”.

Begitulah sebagian kecil prilaku mahasiswa yang sering saya hadapi. Maka tidak bosan saya sampaikan agar mahasiswa sebagai seorang peneliti skripsi bukan saja mengatur waktu dengan membuat time schedule kegiatan kuliah/ penelitian, namun juga memahami bagaimana menjadi seorang peneliti yang bagus.

Penulisan skripsi tidak dimulai dari semester enam, namun dimulai sejak awal kuliah ketika mahasiswa menulis artikel atau tugas kelas karena logikanya sama, bahkan ketika dinyatakan diterima kuliah.

Sebenarnya tahap terpenting dalam melakukan penelitian adalah memulainya. Persoalan utama yang tampak paling sukar ditangani adalah bagaimana cara menemukan masalah yang layak untuk diteliti? Dan bagaimana cara mempersempitnya agar dapat diteliti? Kapan setiap fase penelitian akan dilakukan? Apa saja yang diperlukan agar penelitian berjalan baik?

Masalah itu sendiri pada dasarnya adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya “das sollen” dengan senyatanya “das sain”. Seorang calon peneliti merasakan adanya “sesuatu yang tidak beres/kesenjangan “(dalam atri tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya) dan ia ingin sekali mencari informasi lebih jauh mengenai hal tersebut. Sikap ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban lewat penelitian. Secara akademis kondisi ini disebut sebagai kegelisahan akademik.

Selain itu terdapat cara-cara lain yang dapat ditempuh dalam memilih masalah penelitian, diantaranya: didasarkan atas masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari, yang dilihat dan dirasakan sebagai sebuah masalah oleh masyarakat, atau pertentangan konseptual ketika membaca buku, koran, majalah, jurnal, web atau hasil penelitian.

Sering saya katakana kepada mahasiswa agar mudah menemukan masalah ketika dua hal terpenuhi, pertama dalam otaknya penuh dengan teori yang dipelajari sejak awal masuk kuliah. Kedua memiliki pengalaman indrawi yang luas sebagai konsekwensi dari interaksi social ekonomi dan budaya. Tanpa keduanya maka dunia ini tampak baik-baik saja, dan jangan harap bisa menemukan masalah penelitian.

Sekali lagi, penulisan skripsi tidak dimulai dari semester enam atau tujuh, tetapi dimulai dari semester satu ketika menerima berbagai konsep atau teori, khususnya bagi mahasiswa FEBI ketika belajar berbagai ilmu ekonomi dan bisnis, seperti manajemen, keuangan, perbankan, akuntansi, etika bisnis, kewirausahaan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang tidak menguasai ilmu sebagai dasar teori dalam penelitian, apakah sebagai alat bantu memahami realitas (kualitatif), atau mengetes teori (kuantitatif) biasanya akan kesulitan karena merasa baru akan belajar meneliti tentu akan kesulitan dalam penelitian.

Artinya, penelitian dilakukan dalam bidang keahlian (expertice). Untuk dapat melaksanakan kegiatan penelitian yang baik, seseorang harus menguasai dua hal yaitu: materi (substance) dari bidang ilmu yang akan diteliti dan teknik atau methodology untuk melaksanakan penelitiannya dengan baik dan benar. Menulis skripsi mestinya bukan menjadi beban dan sekedar jadi, namun memerhitungkan pentingnya masalah (significan of topic) dan jenis masalah (interecting topic), paling tidak ada semangat akademis/keilmuan untuk menemukan atau mengungkap sesuatu.

Biasanya masalah yang dipilih untuk diteliti merupakan masalah yang penting dan menarik. Jadi, hasil penelitian nantinya dapat menyumbang sesuatu yang berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk diri peneliti sendiri ada dua factor yang perlu dipertimbangkan, yaitu: data yang dapat diperoleh (obtainable data) dan masalah yang dapat ditangani (manageable data). Tentu durasi waktu, biaya dan kemampuan juga menjadi pertimbangan teknis yang harus diperhitungkan.

Langkah selanjutnya, setelah mahasiswa menemukan dan menentukan topik penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan yang hendak diteliti. Identifikasi ini dimaksudkan sebagai penegasan batas-batas permasalahan, sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuan. Identifikasi masalah terdiri dari dua langkah pokok, yaitu: penguraian latar belakang masalah dan perumusan permasalahan. Ketajaman masalah bisa diasah dengan berdiskusi dengan sesama akademisi dalam bidang yang sama, baik mahasiswa maupun dosen.

Latar belakang masalah adalah penuturan tertulis dari aspek penalaran serta mendudukkan alasan (reasoning) akan pemilihan masalah dalam topik dan di dalam tubuh teori yang menjadi garapan penelitian, atau dengan kata lain bahwa latar belakang masalah adalah penguraian hal-hal yang mendasari mengapa penelitian secara akademis penting dilakukan.

Penguraian latar belakang permasalahan dimaksudkan untuk mengantarkan dan menjelaskan mengapa sesuatu dianggap sebagai permasalahan, fenomena apakah yang di mata peneliti atau yang terjadi di lapangan sehingga harus diteliti. Narasi latar belakang harus mampu menggiring pembaca pada persepsi bahwa penelitian tersebut menarik dan penting.

Sekiranya peneliti telah menetapkan masalah yang akan diteliti, selanjutnya peneliti berusaha menindaklanjuti dengan membaca dan menyeleksi konsep-konsep yang relevan dengan dengan masalah penelitian yang dipilih, dan menelaah hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian yang dipilih. Berdasarkan penemuan-penemuan dari hasil penelitian terdahuli itu, peneliti dapat menggunakannya untuk acuan menganai masalah yang akan diteliti.

Dengan memahami apa yang harus dilakukan maka mahasiswa peneliti skripsi tidak lagi kebingungan dan merengek pada dosen pembimbingnya saat injury time karena terlihat lucu. Ingat kepada orang tua yang sudah susah payah bekerja mencari rizki mestinya dilakukan sejak pertama kali duduk di kursi kuliah. Orang tua seharusnya menjadi inspirasi dan spirit setiap mahasiswa dalam mencari ilmu menggapai masa depan, bukan memanfaatkan ketulusan orang tua untuk memaksa dosen pembimbing meng acc skripsi yang belum layak. Menulis skripsi mestinya semudah update status seperti yang sering mahasiswa lakukan karena menjadi kebiasaan. AD.

Berita Terkait